•22.06
..Bismillaah..
"..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
QS Al Baqoroh : 216

Ya, ayat itulah yang selama ini begitu mengusik pikiran saya, dan membantah semua argumen-argumen kesombongan yang ada di dalam otak saya. Argumen-argumen kesombongan seorang anak SMA yang baru menemukan kesenangan dunia, kesenangan masa pubernya, kesenangan aktualisasi dirinya, dan kesenangan-kesenangan semu lainnya.

Kompleks, itulah yang saya rasakan ketika mengingat kembali masa-masa itu. Masa-masa yang kompleksl; penuh tawa, canda, kesombongan, kebebasan, hedonisme, persaingan, cinta, nafsu, perjuangan, doa, tangis, haru, semua bercampur aduk. Mulai dari ketika saya masuk asrama di tingkat pertama SMA, memulai hidup dengan orang-orang yang notabene memiliki tingkat intelegensi di atas rata-rata dan berasal dari keluarga dengan tingkat kesejahteraan materi lebih dari cukup.

Hidup dengan gaya sederhana dan rasa rendah hati yang maish kental di antara anak-anak popular dan talenta luar biasa, butuh waktu cukup lama untuk bisa 'mengejar' langkah mereka. Sampai akhirnya saya juga 'terwarnai' oleh gaya hidup di SMA saya. Cukup ironis ketika saya tak mampu menyeimbangkan perkembangan akademis dan perkembangan psikologis saya sebagai remaja yang mencari jati diri dan talenta. Sungguh, masa-masa yang menyenangkan, menantang, namun terwarnai dengan jalan hedonisme yang meruntuhkan nilai-nilai ruhiyah Islam dalam diri.

Hingga akhirnya saya mendapatkan 'tempat' tersendiri di SMA. Hidup dengan jalan anak band SMA yang cukup membuat saya dikenal. Mencoba meniti jalan cinta (nafsu) anak SMA dengan adik kelas saya hingga beberapa tahun. Merangkak dan akhirnya berjalan dalam akademis SMA hingga akhirnya,alhamdulillah,dengan tidak terduga saya berhasil mendapat satu kursi di jurusan Teknik Arsitektur UGM. Sungguh suatu anugrah yang amat luar biasa bagi diri ini, karena memang dari kecil menggambar dan mendesain adalah hobi dan cita-cita saya.

Keluarga, suatu unit yang sempat 'asing' untuk diri saya di masa SMA. Interaksi dengan anggota keluarga yang jarang dan itu pun jika perlu. Mungkin cukup wajar untuk anak-anak SMA yang mulai merasa dirinya mandiri dan tak perlu bantuan keluarga. Saya sering berdebat dengan ayah soal hal-hal sepele. Sering marah dengan adik-adik yang saya rasa mengganggu privasi saya, padahal mereka hanya ingin bermain dengan kakaknya. Sungguh, masa-masa yang menyedihkan bagi saya untuk diingat.

Hingga akhirnya setelah lulus dari SMA dan memulai persiapan beranjak ke dunia kuliah, orang tua menyarankan untuk ikut ujian masuk STAN. Dari SMA memang saya cukup seing ikut Try Out USM STAN, bukan karena ingin masuk STAN, tapi karena memang soal-soal USM STAN sangat menghibur bagi saya. Soal-soal dengan permainan logika dan cara berpikir yang beda untuk saya. Hingga akhirnya saya ikut USM STAN tanpa ambisi apa-apa, berbeda dengan beberapa shabat yang telah ikut bimbingan belajar dan mempersiapkan strategi-strategi ke depan untuk masuk STAN.

Hari ujian. Dengan santai dan mantap saya jawab semua soal. Dengan beberapa sola saya terka sembarang, saya kumpulkan kertas jawaban itu tanpa beban dan dengan senyum santai. Sempat ngobrol dengan bapak pengawas dan saya masih ingat pesannya ketika saya mengumpulkan kertas jawabn: "sampai ketemu di STAN ya?". Dan alhamdulillah, luar biasa, Allohu akbar! Saya berhasil masuk dalam list mahasiswa baru STAN 2006. Cukup unik ketika saya mengingat kembali kata-kata dari bapak pengawas ujian STAN tersebut. Namun saya lupa menanyakan nama dan alamat bapak itu. Terima kasih banyak pak, atas doanya.

Pengumuman kelulusan itu saya lihat di suatu warnet di Jogja. Ketika itu saya sudah menjalani kuliah di Arsi UGM selama 3 hari. Hari itu biasa-biasa saja. Tidak ada perasaan istimewa dan deg-degan dalam menanti pengumuman STAN. Namun memang orang tua sayan begitu mengharapkan kelulusan saya di STAN. Ketika membuka homepage pengumuman itu, saya tidak menemukan nama saya, justru menemukan nama dua orang teman satu SMA. Anehnya, daftar itu hanya berisi 50 orang, sedangkan kuota mahasiswa STAN ditargetkan mencapai 2000 orang tiap angkatan.Setelah saya cek ternyata saya salah daftar, yang saya lihat di awal tadi adalah daftar kelulusan D1 khusus pegadaian. Akhirnya dengan mengucap basmallah saya membuka page pengumuman STAN dan mencari-cari no.ujian saya.

Alhamdulillah,ada. Saya lupa berapa dulu no. ujian saya, tapi benar-benar menyenangkan dan menenangkan hati. Seketika saya langsung menyungkur ke lantai dan sujud syukur kepada Alloh SWT. Entah apa komentar orang-orang yang ada di warnet waktu itu, saya tidak peduli. Rasa syukur saya waktu itu sebenarnya bukanlah rasa syukur karena masuk STAN, namun rasa syukur saya karena dapat membahagiakan dan menjawab impian orang tua saya yang benar-benar mengharapkan saya masuk STAN. Sungguh, mulai malam itu saya dapat tersenyum bangga ketika melihat foto ayah dan ibu di dompet.

(bersambung)
This entry was posted on 22.06 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: