•00.08
bismillah..

inspirasi note ini ana dapet dari taushiyah di LQ ahad ba'da shubuh kemaren,dari akh Widya yang ana beri kehormatan sebagai kultumer dadakan (he8). Dulu ana juga pernah denger kisah ini tapi yg kemarin lebih punya 'taste'.

Alkisah ada seorang pemuda yang berencana membuka lahan baru dengan menebang areal hutan.
Hari pertama ia berhasil menebang 20 batang pohon.
Hari kedua ia berhasil menebang 15 pohon.
Hari ketiga ia menebang 10 pohon.

Hari keempat ia bingung karena semakin lama semakin sedikit batang pohon yang berhasil ia tebang, padahal kondisi fisiknya tidak berkurang sama sekali. Kemudian sang pemuda memutuskan untuk menemui orang bijak dan menceritakan masalahnya.

Orang bijak menanyakan satu hal kepada sang pemuda setelah mendengar keluhannya:
'kapan terakhir engkau mengasah kapakmu?'
Seketika itu sang pemuda sadar, selama ini ia tidak memperhatikan ketajaman kapaknya yang tentu akan semakin berkurang jika semakin sering dipakai.

Cerita ini pendek dan sederhana. Namun jika kita mengambil ibrohnya sungguh luar biasa.
Sama halnya dengan quotes yang hampir selalu ada di cover paling belakang buku panduan SPMB, quotes dari mantan presiden Amerika (afwan,ana lupa siapa,mungkin Abraham Lincoln):
"Jika saya diberi waktu 8 jam untuk menebang sebuah pohon,maka saya akan menggunakan waktu 6 jam untuk mengasah kapak saya dan 2 jam untuk menebang pohon itu."

Ibroh yang paling kerasa adalah kesiapan.
Sama halnya dengan mujahid dakwah. Terkadang seoarang al-akh/al-ukht begitu bersemangat dan komitmen dalam menjalani aktivitas dakwan di medan juang apapun. Namun penyakit futur dan penyakit lainnya justru sangat sering menyerang al-akh/al-ukht ini. Salah satu penyebab pentingnya adalah: kesiapan.

Boleh jadi ia adalah seorang aktivis dan kader penting di kampus atau medan jihad lain. Namun jika ia sendiri tidak membekali dirinya dengan ilmu dan persiapan lain dalam 'perang',maka sudah jadi jaminan ia akan kalah atau mundur dalam peperangan.

Contoh real-nya saja adalah ketika seorang aktivis kampus STAN yang memiliki banyak amanah di berbagai wajihah. Namun ia jrang datang ke halaqoh atau malas datang ke ma'had. Tentu hal ini akan mempengaruhi perjuangannya. Minimal bekal ruhiyah dan ilmunya tentu akan menurun. Ia akan mudah goyah dan terlempar. Mudah mengeluh dan berputus asa.

Terkadang halaqoh dipandang ringan oleh aktivis dakwah. Beranggapan bahwa absen dari halaqoh beberapa pekan tidak akan mempengaruhi ruhiyah dan kinerjanya. Na;udzubillah. Sungguh suatu anggapan yang sangat 'menenggelamkan'. Boleh jadi halaqoh memang 'sebatas' pertemuan pekanan dan transfer ilmu 'biasa'. Namun disanalah letak dan sumber kekuatan dan cahaya untuk hati-hati para mujahida dan mujahidah. Ketika ia mulai jauh dari halaqoh,maka tanpa ia sadari atau tidak akan terlihat masalah-masalah yang semakin kelam.

Maka, asahlah kapakmu. Persiapkan bekalmu dengan baik dan rumuskan strategi perangmu dengan matang. Ingat! engkau takkan bisa memenangkan perang ini sendirian. Engkau membutuhkan saudara di jalan dakwah ini. Maka,susunlah barisan jihadmu mulai dari halaqoh.

Semoga bermanfaat
Allohu a'lam bisshowab
Arief Al Fikri



This entry was posted on 00.08 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: